Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Penutupan Galanggang Arang #8 Solok Tumpah Ruah oleh Ribuan Anak Nagari

Sabtu, 16 Desember 2023 | Desember 16, 2023 WIB Last Updated 2023-12-16T13:04:04Z
Solok-Padang || polhukrim.com
Festival Galanggang Arang #8 resmi ditutup oleh Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek di panggung utama areal Stasiun Solok, Kamis (14/12).

Penutupan tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatra Barat, Wakil Walikota Solok, BPK Wilayah III, serta Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek. Ribuan warga ikut hadir meramaikan perhelatan ini.

Mahendra mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya penutupan Galanggang Arang di Solok mulai dari segenap panitia, partisipan serta semua pihak yang terlibat.

"Acara di Solok sangat semarak dan ramai pengunjung. Berbagai pertunjukan anak nagari ditampilkan, khas Sumatra Barat. Harapannya tahun depan Galanggang Arang bisa diadakan di seluruh kabupaten kota yang ada di Sumatra Barat," ujar Mahendra.
Galanggang Arang #8 yang dilaksanakan di Stasiun Solok merupakan puncak perayaan dari aktivasi budaya yang bertumbuh di sepanjang kawasan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS).

Sebelumnya helatan ini sudah diadakan di beberapa titik antara lain Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto dan Kota Solok serta kick off tanggal 19 Oktober lalu di Padang.

Mahendra menyebutkan bahwa Galanggang Arang merupakan program prioritas dari Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikburistek RI, sebagai bentuk respon atas penetapan WTBOS oleh UNESCO sebagai warisan dunia sejak 6 Juli 2019.

Edy Utama, koordinator kurator Galanggang Arang pada orasi kebudayaan di penutupan Galanggang Arang menyampaikan pesan agar anak nagari hendaklah menjaga warisan ini, memanfaatkan dan meningkatkannya untuk kemajuan dan kesejahteraan anak nagari Minangkabau.

“Bagaimana seyogyanya masyarakat Minangkabau memperlakukan warisan yang mereka warisi, jangan sampai ada yang hilang dan terlupakan. Prinsip ini seyogianya juga dipakai untuk Warisan Dunia seperti Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, karena telah berkontribusi bagi perkembangan kebudayaan Minangkabau”, ujar Edy.

Selama tanggal 13-14 Desember 2023, stasiun kota Solok yang awalnya sepi karena non-aktif dalam waktu singkat dipenuhi ribuan pengunjung. Pada kiri dan kanan jalan menuju stasiun, berjejer rapi UMKM kota Solok yang menjajakan berbagai macam kuliner dan aksesoris.
Perekonomian hidup sebab dagangan pedagang laris manis dibeli pengunjung. Rina, salah satu penjual minuman yang membuka stand di sekitar stasiun menyebutkan bahwa dagangannya banyak laris selama 2 hari kegiatan.

Pada kegiatan penutupan, ditampilkan berbagai penampilan kelompok seni Sumatra Barat di antaranya Darak Badarak, Orkes Taman Bunga, Mahoni Musik, 7 komposer dan 28 musisi dari Kaba Buni, dan lainnya.

Selain itu ada launching buku Pemetaan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto dan Film dokumenter WTBOS berjudul: "The Journey of Coal Mining: Sawahlunto" yang merupakan produksi dari kuratorial Kaba Baro.

Juga ada pameran seni dari Kaba Rupa yang menarasikan WTBOS melalui berbagai bentuk seni mix media seperti mural, sketsa dan animasi, visual mapping, soundscape, arsip foto, serta berbagai jenis instalasi. Pameran tersebut merespon properti di Stasiun Solok yang mangkrak, seperti gerbong kereta api yang sudah laku dilelang dan dipo lokomotif.

Suherman, salah satu pengunjung menyebutkan harapannya agar Stasiun Solok aktif kembali.

“Di gerbong ini dulu saya berjualan minuman dan pisang rebus. Dulu ramai sekali pembeli dan perekonomian masyarakat sekitar hidup. Ketika stasiun tidak beroperasi lagi, saya hanya bisa berjualan di sekitar rumah,” ujarnya.

Stasiun Solok dibangun pada rentang tahun 1891-1894 dengan lima jalur dan dua jalurnya merupakan sepur lurus. Tempat ini merupakan satu dari tiga stasiun besar di Sumatra Barat selain Stasiun Padang dan Stasiun Padang Panjang.

Stasiun Solok merupakan zona B dari WTBOS, menghubungkan Sawahlunto di zona A dan Emmahaven (Teluk Bayur) pada zona C. Pada masa silam kereta api Mak Itam mengangkut batubara melewati jalur ini.

Dulu, Stasiun Solok memiliki banyak fungsi. Selain melayani penumpang, semasa kolonial juga dimanfaatkan untuk menyimpan hasil bumi. Masyarakat juga mengangkut hasil pertanian dengan kereta api untuk dijual ke pasar.

Sama seperti stasiun pada umumnya, stasiun yang terletak di Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok ini juga berdekatan dengan pasar. Karenanya, lokasi ini menjadi sejarah dari perkembangan transportasi dan perdagangan yang ada di Sumatra Barat.

              Jurnalis : Riel Z.
×
Berita Terbaru Update