Penelitian dan Pengembangan MALAYA telah melaksanakan kegiatan Musyawarah Ilmiah dalam Gerakan Kemas Kampoeng,Merenung Kembali Suak Sungai Bandar Dumai dan Sekitarnya yang bertempat di Max One Hotel Dumai (27/06/24).
Direktur Eksekutif MALAYA Research and Development Ilham Marican mengungkapkan bahwa, menginginkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Dumai dapat betul-betul diimplementasikan.
Konsistensi supremasi hukum terhadap tindakan yang mengarah pada kerusakan lingkungan perlu ditegakkan. Fase industrialisasi yang terjadi di kota Dumai sudah pasti akan berdampak pada masyarakat yang berada di sekitar Perusahaan/industri maupun lingkungan biofisik dan keanekaragaman hayati yang ada. Hal ini dapat kita lihat pada tahapan proses pembangunan industri yang dilakukan,mulai dari pabrik/industri, perusahaan pengelola air, limbah spent bleaching earth (SBE),fly ash bottom ash (FABA),hingga air buangan/limbah cair yang mengalir ke sungai dan danau. laut.
"Untuk itu, kami dari MALAYA Research and Development mendesak pihak DPK APINDO Dumai untuk segera mengkomunikasikan permasalahan ini kepada perusahaan/industri yang terkait dengan hasil observasi lapangan yang telah kami lakukan, karena kami ingin mengemas kampoeng kami ini menjadi lebih baik dan lestari" jelasnya.
"Jadi, ukurannya dapat dilihat pada sejauh mana kebutuhan generasi sekarang telah terpenuhi tanpa mengabaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang" katanya.
Di tempat terpisah ketika ditemui awak media, Drs. Arwansyah selaku Wakil Ketua DPK APINDO Dumai mengatakan bahwa, Apindo Dumai akan segera melakukan komunikasi dengan pihak industri terkait, apakah APINDO akan membahasnya satu per satu atau akan mengadakan pertemuan secara bersama-sama sekaligus, akan dirapatkan di kepengurusan internal Apindo Dumai.
"Apa lagi kita dari Apindo merupakan salah satu anggota dari Lembaga Tripartit Dumai, sehingga ada banyak hal yang perlu kita diskusikan dengan Perusahaan/industri yang ada di kota Dumai ini", imbuhnya.
Jurnalis : Irham
